Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu , Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ
ﻳُﻌْﻄِﻲ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
ﻣَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻭَﻫُﻮَ
ﻣُﻘِﻴﻢٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻌَﺎﺻِﻴﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ
ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﺳْﺘِﺪْﺭَﺍﺝٌ
“ Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia
kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu
hakikatnya adalah istidraj dari Allah .”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman
Allah,
ﻓَﻠَﻤَّﺎ
ﻧَﺴُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺫُﻛِّﺮُﻭﺍ ﺑِﻪِ
ﻓَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏَ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ
ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﺮِﺣُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ
ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺃَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑَﻐْﺘَﺔً ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻢْ
ﻣُﺒْﻠِﺴُﻮﻥَ
“ Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: ﺩﺭﺝ ) yang artinya naik dari satu
tingkatan ke tingkatan selanjutnya.
Sementara istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai
‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung.
Allah biarkan orang ini dan tidak disegerakan adzabnya.
Allah berfirman,
ﺳَﻨَﺴْﺘَﺪْﺭِﺟُﻬُﻢْ
ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ
“ Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur
(ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui .” (QS. Al-Qalam: 44)
Semua tindakan maksiat yang Allah balas dengan nikmat, dan
Allah membuat dia lupa untuk beristighfar, sehingga dia semakin dekat dengan
adzab sedikit demi sedikit,selanjutnya Allah berikan semua hukumannya, itulah
istidraj.
Wallahu ‘alam bishowab…
Be the first to reply!
Post a Comment