Bagian 1
Ucapan Insya Allah arti secara bahasa adalah:
“jika Allah menghendaki”
Seorang muslim mengucapkan ucapan ini ketika berjanji atau
berencana mengerjakan suatu hal di waktu yang akan datang.
Ia mengucapkan InsyaAllah karena ia tidak tahu apakah hal
yang akan dikerjakannya itu akan benar-benar terjadi atau tidak.
Karena semua hal terjadi atau tidak terjadi adalah atas
kehendak Allah, berdasarkan taqdir Allah.
Ucapan InsyaAllah juga mengandung doa isti’anah (minta
pertolongan) kepada Allah agar dimudahkan mengerjakan suatu hal itu.
Ada beberapa contoh kejadian yang pernah dialami oleh para
Nabi, ketika mereka tidak mengucapkan InsyaAllah dalam mengucapkan sesuatu yang
akan terjadi atau menjanjikan sesuatu, Allah tegur mereka.
Sebaliknya, saat
mereka mengucapkan InsyaAllah, Allah beri mereka kemudahan dan hasil akhir yang
baik.
Dan adapula kejadian saat seorang Nabi mengucapkan
InsyaAllah, namun dengan takdir Allah sesuatu itu tidak terjadi.
Contoh pertama: kejadian yang dialamiNabi Sulaiman
alaihissalaam;
⚠️Nabi
Sulaiman pernah bersumpah, bahwa dalam satu malam beliau akan menggilir (untuk
berhubungan badan) dengan sekian puluh istrinya (sebagian riwayat menyatakan
100 atau 99, sebagian lagi 90, sebagian lagi menyatakan 70, sebagian lagi
menyatakan 60), dan hasilnya semua istri itu akan melahirkan anak-anak tangguh
menjadi pasukan yang akan berjihad di jalan Allah.
Satu Malaikat mengingatkan agar beliau mengucapkan
InsyaAllah.
Namun, qoddarallah Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya.
Hingga akhirnya ketika Nabi Sulaiman melakukan hal itu
ternyata yang hamil hanya satu istri dan itupun melahirkan setengah manusia.
Hal ini disebutkan dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim:
.قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
عَلَيْهِمَا السَّلَام
لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ تَلِدُ كُلُّ امْرَأَةٍ غُلَامًا يُقَاتِلُ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ الْمَلَكُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَلَمْيَقُلْ
وَنَسِيَ فَأَطَافَ بِهِنَّ وَلَمْ تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
لَمْ يَحْنَثْ وَكَانَ أَرْجَى لِحَاجَتِه
ِSulaiman bin Dawud alaihimassalaam berkata:
Sungguh aku akan
berkeliling (menggilir) 100 istriku malam ini, sehingga tiap wanita akan
melahirkan anak yang akan berjihad di jalan Allah.
Kemudian satu Malaikat mengucapkan kepada beliau: Ucapkan
Insya Allah.
Tapi Nabi Sulaiman tidak mengucapkan dan lupa.
Kemudian beliau
berkeliling pada istri-istrinya, hasil selanjutnya tidak ada yang melahirkan
anak kecuali satu orang wanita yang melahirkan setengah manusia.
Nabi Muhammad shollallahualaihi wasallam bersabda:
Kalau Nabi Sulaiman mengucapkan Insya Allah, niscaya beliau
tidak melanggar sumpahnya, dan lebih diharapkan hajatnya terpenuhi
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lafadz hadits
sesuai riwayat al-Bukhari).
Dalam hadits ini terkandung beberapa faidah penting bahwa
ucapan InsyaAllah jika disebutkan dalam sumpah, kemudian ternyata tidak
tercapai, maka orang itu tidak dianggap melanggar sumpah.
Faidah berikutnya, ucapan InsyaAllah adalah memudahkan agar
hajat terpenuhi.
Karena itu Allah berikan bimbingan adab kepada Nabi
Muhammad shollallahu alaihi wasallam:
Dan janganlah
sekali-kali engkau mengucapkan : Sesungguhnya aku akan melakukan hal itu besok.
Kecuali (dengan mengucapkan) InsyaAllah. Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau
lupa.
Dan Ucapkanlah: Semoga Tuhanku memberikan petunjuk pada jalan
terdekat menuju hidayah (Q.S al-Kahfi ayat 23-24).
al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan:
Ini adalah petunjuk
dari Allah kepada Rasul-Nya -semoga sholawat Allah dan keselamatan dari Allah
kepada beliau-
kepada adab.
Yaitu jika beliau telah memiliki tekad untuk mengerjakan
sesuatu di masa yang akan datang, hendaknya mengembalikan hal itu kepada
Masyi-ah (Kehendak) Allah Azza Wa Jalla, Yang Maha Mengetahui perkara yang
ghaib.
Yang Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang
sedang/akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi.
Bagian 2
Contoh Kedua:
kejadian yang terjadi pada Nabi Ismail.
Saat beliau diberitahukan oleh ayahnya bahwa ayahnya
mendapat wahyu melalui mimpi untuk menyembelih beliau, Nabi Ismail menyatakan
:يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَاللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِين
َWahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
niscaya engkau akan dapati aku InsyaAllah termasuk orang-orang yang sabar
(Q.Sas-Shooffaat 102)
Nabi Ismail pasrah kepada Allah dan menyatakan:
InsyaAllah engkau
akan dapati aku termasuk orang yang sabar.
Akibatnya, Allah beri hasil akhir yang baik.
Beliau tidak jadi menjadi obyek yang disembelih.
Namun diganti dengan
kambing.
Contoh Ketiga:
kejadian yang terjadi
pada Nabi Musa.
Saat bertemu Khidhr, Nabi Musa ingin mengambil ilmu
darinya.
Nabi Musa juga berjanji dengan mengucapkan InsyaAllah bahwa
beliau akan berusaha sabar tidak akan bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan
Khidhr, namun qoddarollah hal itu tidak tercapai.
قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي
لَكَ أَمْرًا
Nabi Musa berkata : Engkau akan mendapati aku insyaAllah
sebagai orang yang sabar dan tidak akan bermaksiat terhadap perintahmu (Q.S
al-Kahfi ayat 69)
Namun di akhir kisah, ternyata Nabi Musa tidak bisa
bersabar hingga 3 kali.Kemudian Khidhr menyatakan
:ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Demikianlah penjelasan dari hal-hal yang engkau tidak mampu
bersikap sabar (Q.S al-Kahfi ayat 82)
Ini menunjukkan bahwa atas takdir Allah kadangkala meski
seorang sudah berupaya dan sebelumnya mengucapkan InsyaAllah, tidak terjadi
yang diharapkannya.
Namun, ia harus yakin bahwa segala yang ditakdirkan Allah
adalah baik untuknya.
Dari 3 kisah Nabi di atas, kita bisa mengambil faidah,
bahwa hendaknya jika akan berjanji/ melakukan sesuatu, kita mengucapkan
InsyaAllah dengan harapan Allah akan menolong kita mendapatkan yang diinginkan.
Namun jika ada teman kita yang mengucapkan InsyaAllah dalam
janjinya kemudian tidak terpenuhi, kita berhusnudzdzhon bahwa itu memang atas
takdir Allah dan ia telah berusaha memenuhinya.
"Dan ucapan InsyaAllah tidak pantas untuk dijadikan
tameng oleh seorang muslim guna bermalas-malasan atau sudah ada niatan untuk
menyelisihinya.
Wallohua'lam bishowab
Baarakallaahu
fiikum.
Be the first to reply!
Post a Comment