Dalam perjalanan hidup, seorang mukmin terkadang menghadapi
takdir yang buruk, seperti musibah,sakit keras,saudara
meninggal,dizalimi,difitnah dan selainnya. Lantas,bagaimanakah sikap seorang
mukmin yang baik dalam menghadapi takdir tersebut?
🔗Ibnul Qoyyim
rahimahullah berkata:
إذا جرى على العبد
مقدور يكرهه فله فيه
ستّة مشاهد
Jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia
memiliki ENAM SIKAP DAN SISI PANDANG
الأوّل: مشهد
التوحيد، وأن الله هو
الذي قدّره وشاءه وخلقه،
وما شاء الله
كان وما لم
يشأ لم يكن
⏩ PERTAMA: Pandangan (kaca mata)
Tauhid. Bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki dan menciptakan kejadian
tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki
tidak akan terjadi.
الثاني: مشهد
العدل، وأنه ماض فيه
حكمه، عدل فيه قضاؤه
⏩ KEDUA: Kacamata keadilan. Bahwa
dalam kejadian tersebut berlaku hukumNya dan adil ketentuan takdirNya.
الثالث: مشهد
الرحمة،وأن رحمته في هذا
المقدور غالبة لغضبه وانتقامه،
ورحمته حشوه
⏩ KETIGA: Kacamata kasih sayang.
Bahwa rahmatNya dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan
siksaanNya yang keras, serta rahmatNya memenuhinya.
الرابع: مشهد
الحكمة، وأن حكمته سبحانه
اقتضت ذلك، لم يقدّره
سدى ولا قضاه
عبثا
⏩ KEEMPAT: Kacamata hikmah.
HikmahNya Subhanahu wa Ta'ala menuntut menakdirkan kejadian itu, tidaklah Dia
menakdirkan begitu saja tanpa tujuan dan tidaklah pula Dia memutuskan suatu
ketentuan takdir dengan tanpa hikmah.
الخامس: مشهد
الحمد، وأن له سبحانه
الحمد التام على ذلك
من جميع وجوهه
⏩ KELIMA: Kacamata pujian. Bahwa
Dia Subhanahu wa ta'ala terpuji dengan pujian sempurna atas penakdiran kejadian
tersebut, dari segala sisi.
السادس: مشهد
العبوديّة، وأنه عبد محض
من كل وجه
تجري عليه أحكام سيّده
وأقضيته بحكم كونه ملكه
وعبده، فيصرفه تحت أحكامه
القدريّة كما يصرفه تحت
أحكامه الدينيّة, فهو محل
لجريان هذه الأحكام عليه
⏩ KEENAM: Kacamata peribadatan.
Bahwa orang yang menjalani takdir yang buruk itu adalah sekedar hamba semata
dari segala sisi, maka berlaku atasnya hukum-hukum Sang Pemiliknya, dan berlaku
pula takdirNya atasnya sebagai milik dan hambaNya, maka Dia mengaturnya di
bawah hukum takdirNya sebagaimana mengaturnya pula di bawah hukum Syar’iNya.
Jadi, orang tersebut merupakan hamba yang berlaku atasnya hukum-hukum ini
semuanya.
_________
📗Fawaidul Fawaid.
📗Madarijus Salikin.
Be the first to reply!
Post a Comment