Saturday, 28 January 2017

Khalifah Harun al-Rasyid


Umara Mengikuti Ulama

Dalam Islam kedudukan seseorang di mata Allah SWT bukanlah karena jabatan, tapi karena ketaqwaan. Demikianlah yang dipahami oleh Harun al-Rasyid, seorang khalifah Islam yang disegani. Harun dikenal sebagai khalifah pemberani dan tegas. Salah satunya ia begitu gagah perkasa menghadapi Nakfur (atau Nicheporus), penguasa Romawi. Pemimpin kaum kafir itu berhasil ditundukkan. Di balik ketegasannya, ternyata Harun juga seorang yang lembut serta amat taat dan menghormati ulama. Posisinya sebagai khalifah tidak membuatnya tinggi hati.
Suatu ketika Harun membawa dua anaknya untuk mengaji ke Madinah. Di kota ini ada majelis yang diasuh ulama legendaris, Imam Malik. Beliau mengajarkan kitab al-Muwatha'. Tiba di Madinah, seorang wazir (staf) sang khalifah yang beranama al-Barmaki menghadapa Imam Malik. Sebagai khalifah, Harun meminta agar sang imam datang kepadanya untuk membacakan kitab karyanya itu. Kata Imam Malik, "Sampaikanlah salamku, dan katakanlah kepadanya, 'Ilmu itu dikunjungi, bukan mengunjungi. Ilmu itu harus didatangi, bukan mendatangi."
Al-Barmaki pun melaporkan hal itu. Ia juga mengajukan usul agar Harun memaksa Imam Malik untuk menghadap, demi kehormatannya sebagai seorang khalifah. Harun tidak bersegera memutuskan sikap. Seorang penasihat kemudian memberi saran, "Wahai Amir al-Mukminin, Allah SWT telah menjadikan Baginda dalam posisi seperti ini kerena ilmu Baginda. Janganlah Baginda menjadi orang yang pertama kali menghinakan ilmu, sehingga baginda pun akan dihinakan oleh Allah. Saya melihat ada orang yang kedudukan dan rumahnya tidak seperti Baginda, tetapi dia memuliakan dan meninggikan ilmu ini. Mestinya Baginda lebih wajib memuliakan dan meninggikan ilmu saudara sepupu Baginda." Mendengar nasihat tersebut, menangislah Harun al-Rasyid. (as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, juz II/692)
Khalifah agung itu akhirnya mendatangi majelis ilmu al-Muwatha'. Barangkali karena lelah, Harun dudul sambil bersandar. Seketika Imam Malik menegurnya dan melarangnya. Sikap seperti itu di majelis ilmu dianggap tidak beradab. Harun taat dan patuh. Tidak marah atau tersinggung karena harga dirinya jatuh. Ia terus mengikuti majelis ilmu dengan tekun.
Suatu saat Harun mengutarakan niat untuk menghancurkan Ka'bah yang dibangun oleh al-Hujjaj bin Yusuf, salah seorang wali di zaman Khilafah Ummayyah. Harun ingin mengembalikannya seperti bangunan yang dibuat oleh Abdullah bin Zubair. Mengetahui hal itu, Imam Malik menasihati, "Hanya kepada  Allah SWT saya sampaikan urusan Anda. Wahai Amirul Mukminin, janganlah anda menjadikan Baitullah ini sebagai mainan para raja! Tak seorang pun dari mereka, kecuali ingin menghancurkan bangunan Baitullah, sehingga hilanglah wibawa (penghormatan terhadap Baitullah) dari benak manusia." (Ruh al-Bayan, juz 1/229)
Tanpa berpikir panjang, Harun al-Rasyid langsung menuruti nasihat itu.
Demikianlah semestinya sikap umara kepada ulama, taat dan hormat. Tidak cuek, meremehkan, menghindar, atau bahkan menghina. Semoga negeri ini terbebas dari umara yang menghina ulama. Amin.

Romeltea Media
Hikmah Santri Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Post a Comment

 
back to top