Friday, 27 January 2017

Hijrah


Hijrah, Membuat Hidup Tenang


Saya adalah mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual di Kota Bandung. Kehidupan saya jauh dari nasihat orangtua, apalagi dalam hal menjalankan agama. Merokok, dan minuman alkohol adalah lingkungan sehari-hari yang saya temui. Namun, untuk menenggak minuman keras saya tidak pernah melakukannya meski kerap diajak teman-teman. Jangankan melaksanakan shalat, membuka al-Qur'an pun tak pernah saya lakukan. Kehidupan semakin gelap dan mata batin saya kian kabur. Segala macam perbuatan tercela hampir tiap hari dilakukan. Meskipun kadang batinku menjerit, bahwa ini bukanlah diri saya yang sebenarnya.
Saya ingin berubah menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orangtua dan masyarakat. Tetapi, tak mudah. Godaan untuk bermaksiat lebih kuat. Sebab, uang selalu ada. Saya mudah mendapatkannya. Beberapa kenalan sering memanggil saya untuk menggarap video klip, story booard, dan mural. Sehingga satu sisi biaya hidup terbantu dari keterampilan yang saya miliki itu. Bahkan dalam beberapa event lomba yang saya ikuti, seperti lomba mural, lomba desain, lomba karikatur, saya sering menggondol juara. Untuk sekelas mahasiswa, hadiah yang didapat lebih dari cukup. Namun, seperti bensin yang terpapar sinar matahari, semua itu menguap entah kemana karena kebiasaan saya berfoya-foya.
Waktu terus berputar. Semua seperti semakin menyusahkan diri sendiri. Aneh. Batin terasa hampa, hidup tanpa arah, dan sehari-hari hanya melakukan hal-hal yang tak semestinya. Suatu saat batin saya bergejolak. Perasaan untuk segera berubah menjadi baik membuncah dalam jiwa dan pikiranku.Saya teringat nasihat orangtua, bahwa kalau mau kembali kepada Allah, maka Allah lebih senang daripada hamba itu sendiri. Deg....ada sesak di dada. Akhirnya, setelah lulus kuliah pertengahan 2007, saya berupaya meniggalkan dunia lama. Saya ingin bekerja di tempat yang memberikan makna dalam hidup. Saya terus berdo'a dan berikhtiar. Alhamdulillah terkabul. Allah menempatkan saya di sebuah perusahaan animasi. Di sini seluruh karyawan berkewajiban mengaji bersama sekali dalam sepekan. Namun tidak berlangsung lama. Pasalnya, perusahaan mengalami penurunan omzet, sehingga satu persatu karyawan keluar. Sayapun mengambil langkah yang sama.
Saat itu, entah kenapa saya ingin hijrah ke Jakarta. Saya nekat tanpa pikir panjang, tanpa relasi, dan berbekal niat yang kuat untuk hijrah berangkat ke Jakarta. Sempat beberapa bulan menjadi pengangguran. Tetapi akhirnya pertolongan Allah tiba. Saya dipanggil sebuah Lembaga Amil Zakat Nasional di Jakarta untuk wawancara. Alhamdulillah saya diterima di bagian kreatif lembaga itu. Allah Maha Kasih dan Sayang. Alhamdulillah, di tempat baru ini saya bisa mendedikasikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Tapi, yang merupakan sebuah kenikmatan besar adalah bisa shalat lima waktu berjama'ah, membaca al-Qur'an setiap hari. Selain itu, lingkungan kerja yang kondusif untuk semakin taat kepada Allah SWT.
Setelah hampir enam bulan terakhir ini, orangtua saya dengan bangga mengatakan, "Inilah dari dirimu yang lama ibu nantikan, yakni menjadi anak yang tidak meninggalkan shalat, demi apapun." Di sini baru saya memahami bahwa siapa yang berhijrah ingin dekat kepada Allah, maka Allah benar-benar akan membukakan jalan. Ya Allah, semoga saya tetap istiqamah.

( Ramlan Story )

Romeltea Media
Hikmah Santri Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Post a Comment

 
back to top