Sunday 29 January 2017

Pemuda Unggul


Pilar Kejayaan Islam

Pada awalnya penduduk negeri Efesus (Anatolia, Turki sekarang) beriman kepada Allah SWT. Tapi keadaan berubah setelah wilayah itu dikuasai Raja Diqyanus dari Romawi. Sebagian besar rakyat patuh kepada raja dengan menyembah selain Allah. Tersebarlah kemusyrikan dan kekufuran. Dalam kondisi masyarakat yang rusak itu terdapat sekelompok pemuda yang kokoh imannya. Mereka dikenal dengan Ashabul-Kahfi. Para pemuda itu mengingkari perbuatan yang batil dan menjauhkan diri dari kaumnya ketika melakukan upacara persembahan. Satu persatu mereka pergi bersembunyi di bawah sebatang pohon yang rindang di luar kota. Di sanalah mereka berkumpul tanpa lebih dahulu berjanji, bahkan satu dengan lainnya tidak saling kenal. Mereka masing-masing kemudian membuka isi hati dan berkenalan. Atas dasar kesatuan aqidah dan persamaan nasib, bersatulah mereka dalam wadah "persaudaraan". Didirikanlah tempat ibadah bagi mereka sebagai kelompok yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa.
Tidak lama kemudian tempat ibadah itu diketahui khalayak. Sampailah beritanya ke telinga Raja Diqyanus. Para pemuda lantas dipanggil dan ditanya tentang kepercayaannya. Tanpa ragu dan dengan hati yang diteguhkan oleh Allah SWT mereka berdiri tegak seraya berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalau kami berbuat selain demikian, niscaya kami telah berbuat dan mengucapkan sesuatu yang jauh dari kebenaran."
Dikisahkan, kemudia raja marah, mengancam, dan memerintahkan mereka melepaskan pakaian. Para pemuda itu diberi kesempatan berpikir agar kembali kepada kepercayaan raja dan kaumnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Terjadilah percakapan di antara mereka yang diilhamkan oleh Allah SWT :
"Jika kamu telah meninggalkan kepercayaan kaummu dan meninggalkan cara-cara ibadah mereka dengan hati dan jiwamu, maka tinggalkanlah dan jauhilah mereka dengan badan dan tubuhmu, serta carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu, melindungimu dari gangguan raja dan kaumnya serta akan menyediakan sesuatu yang berguna, berakibat baik bagimu dalam urusan kamu ini."
Para pemuda kemudian meninggalkan kaumnya, pergi berlindung dalam gua di sebuah bukit. Atas kehendak Allah SWT mereka tidur selama tiga ratus sembilan tahun. Itu tidak diketahui oleh kaumnya maupun orang lain, dan tidak pula mereka mengetahui dan mendengar apa yang terjadi di luar gua. (Tafsir Ibnu Katsir Juzz 5, hal 122-123)

KOKOH TAUHID
Ashabul-Kahfi adalah kelompok pemuda yang memiliki iman yang kokoh. Iman kokoh itu memberi spirit untuk menolak segala bentuk kemusyrikan dan kekufuran yang merebak di tengah masyarakat. Bisa saja mereka memperoleh dan kenyamanan apabila mengikuti arus kemusyrikan dan kekufuran. Namun semua itu ditolak. Mereka tetap teguh dalam keimanan, meski harus menerima perlakuan yang tak nyaman dari penguasa. Mereka rela meninggalkan kemapanan hidup, lari menuju tempat yang aman untuk mentauhidkan Allah SWT.
Seperti itulah seharusnya sikap insan beriman. Tak sepatutnya memberi toleransi atau kompromi, bahkan "terpaksa menikmati" kebatilan. Mesti tegas menolak segala bentuk kebatilan dan kekufuran, sehingga hal itu tak berkembang dan menyebar hingga membudaya di tengah masyarakat. Sungguh memprihatinkan jika ada orang yang mengaku beriman, tetapi berkompromi bahkan memberi ruang kepada  kebatilan dan kekufuran. Keimanan yang hakiki tak akan merestui apapun bentuk kebatilan dan kekufuran. Pasti akan menolak dan melakukan perlawanan. Itu Sunnatullah. Keimanan pasti akan menggantikan kekufuran. Kebenaran dan keadilan pasti akan menggeser kebatilan dan kezhaliman.
Firman Allah SWT, "Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (al-Isra' [17] : 81)

PERMATA UMAT
Di tengah zaman modern yang dijejali banyak kerusakan seperti saat ini, umat begitu merindu kehadiran para pemuda seperti Ashabul-Kahfi. Mereka tak tergoyahkan oleh godaan dan tantangan. Para pemuda yang senantiasa taat di tengah zaman yang sarat maksiat.
Umat ini merindu hadirnya pemuda yang berakhlak dan beradab di tengah kebejatan moral yang merajarela. Para pemuda yang bersemangat menebar kebaikan di saat kebanyakan orang enggan melakukannya. Pemuda seperti itulah yang akan menjadi pilar kejayaan umat di masa mendatang. Mereka adalah permata. Allah SWT berfirman, "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk." (al-Kahfi [18] : 18)
Realitasnya saat ini, hati kita teriris-iris. Bagaimana tidak, para pemuda yang kita harapkan menjadi agent of change (agen perubahan) justru banyak yang terjebak pada perilaku amoral. Tak sedikit yang menghabiskan masa mudanya dengan berfoya-foya. Apakah yang seperti ini yang diharapkan?
"Pemuda Muslim adalah tulang punggung masa depan umat ini. Mereka juga harus waspada bahwa musuh-musuh Islam sangat paham tentang peran penting yang diembannya."

NASIHAT UNTUK PEMUDA
Setiap pemuda Muslim mesti menyadari  bahwa dalam dirinya ada potensi yang dahsyat. Amat sayang bila tak digunakan di jalan kebaikan. Sungguh merugi bila masa muda, di saat fisik masih prima, tak dipergunakan untuk perkara yang bermanfaat untuk masa depan di dunia dan akhirat.
Pemuda Muslim adalah tulang punggung masa depan umat ini. Mereka juga harus waspada bahwa musuh-musuh Islam sangat paham tentang peran penting yang diembannya. Musuh pun berusaha menghancurkan iman, akhlaq, dan moralnya dengan berbagai cara, seperti lewat budaya, hiburan, serangan pemikiran, makanan, dan lain-lainya. Sikap waspada akan menghindarkan pemuda dari perangkap musuh.
Menurut Syakh Abdul Aziz bin Baz, para pemuda pada setiap umat adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan suatu umat tidak runtuh -seringkali- kecuali ada di pundak pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora. Musuh-musuh Islam telah mengetahui hakikat ini, maka mereka secepat mungkin membuat rintangan di jalannya atau merubah cara pandang (hidupnya). Baik memisahkan dari agama atau menjauhkan dari kedekatan mereka di antara ulama. (Fatawa Syaikh Ibnu Baz, 2/365)
Jangan sampai terjebak pada perilaku urakan dan foya-foya hanya demi menunjukkan eksistensi diri. Tunjukkan lah melalui hal-hal yang positif, seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja, beribadah, dan menuntut ilmu.
Imam Syafi'i menuturkan, "Demi Allah, hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Jika kedua hal itu tiada padanya, maka tak bisa disebut pemuda."

Romeltea Media
Hikmah Santri Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Post a Comment

 
back to top